Kamis, 18 Agustus 2016

ANTARA OTAK AMERIKA DENGAN HATI KA'BAN

ANTARA OTAK AMERIKA
DENGAN HATI KA'BAN

Oleh : Nurul Absor

Otak boleh Amerika, tapi hati tetap Ka’bah. Demikian ungkapan salah seorang tokoh kharismatik ulama' pesantren sebagai motivasi bagi santrinya dalam menghadapi tantangan zaman. Suatu ungkapan singkat namun mengandung makna yang mendalam. Pandangan luas menuju masa depan gemilang. Ada apa dengan “Otak Amerika”? Pun bagaiaman dengan "Hati Ka’bah"?
Diakui atau tidak, Amerika (dan orang-orang Eropa yang selanjutnya di sebut dengan Orang Barat) dengan kecanggihan tekhnologinya telah berhasil menguasai media massa dan arus informasi dunia. Bahkan sepak terjang mereka mampu menguasai sistem, teknik dan media informasi yang tersebar luas dan menjangkau seluruh belahan dunia. Keadan yang seperti ini tentu membuktikan betapa mereka tengah menguasai dunia. Dan hal ini pula menunjukkan betapa mereka lebih tinggi intelektualitasnya dibandingkan kita. Inilah yang kemudian harus kita kuasai, memiliki intelektualitas tinggi sehingga mampu menguasai dunia.
Disamping itu, penguasaan tekhnologi dan intelektualitas yang tinggi tidak serta merta menjadikan kita liberal, sekuler atau apalah segala bentuk penyimpangan seperti yang dilakukan oleh orang-orang Barat bahkan kebutaan mereka terhadap agama. Hati sebagai kontrol setiap perbuatan harus tetap dalam keimanan yang suci dan keislaman yang sejati berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunah Nabi, berakhlak mulia dengan meneladani Ulama Salaf as-Sholih sehingga kita tidak hanya mampu berjalan pada garis edar namun  juga bisa menemukan pusat orbit sebagai tujuan utama hidup dalam kehidupan ini.  Inilah yang kemudian disebut dengan Otak Amerika tapi Hati Ka’bah.
Namun selanjutnya timbul suatu pertanyaan, sudahkah kita seperti yang diharapkan ulama tersebut? Memiliki kecerdasan seperti “Otak Amerika” dan ber”Hati Mulia” layaknya Ka’bah? Atau sebatas Otak Amerika tanpa Ketulusan Hati? Atau bahkan tidak sama sekali? Otak kosong, hatipu hampa?
Kita lihat dalam Pendidikan Ammiah. Tidak sedikit lulusan SD yang belum bisa membaca. Jebolan SMP, perkalian hanyalah hal tabu yang sulit dicerna. Pun begitu di SMA, Fisika adalah mata pelajaran yang membosankan dan menakutkan. Inikah “Otak Amerika” yang siswa SD-nya saja sudah lebih dari sekedar penguasaan komputer?
Selanjutnya dalam Pendidikan Diniyah. Berbagai kitab hatam tanpa mengetahui isinya, berlalu layaknya hembusan angin. Pengamalan dari berbagai kitab mulai dari Nahwu, Fiqih bahkan Ilmu Akhlah hampa. Akibatnya moralitas pun menurun, pelanggaran tak terkontrol, santripun tidak mencerminkan kesantriannya, semuanya rusak, lagi-lagi zaman yang harus disalahkan. Inikah hati Ka’bah yang sejati dirindukan setiap manusia diseluruh dunia?
Balancing antara otak dan hati merupakan yang sangat urgen, terutama dalam menjalani kehidupan di zaman yang penuh dengan tantangan ini. Penguasaan IPTEK adalah tuntutan zaman namun harus tetap dalam kekuatan iman.

4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Sangat inspiratif, mantap dapat menggugah para santri n alumni pesantren

    BalasHapus