Senin, 22 Agustus 2016

TANTANGAN ZAMAN DAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN


TANTANGAN ZAMAN DAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN



Mengutip kalam hikmah Sayyidina Ali bin Abi Tholib RA.;
عَلِّمُوْا أَوْلَادَكُمْ غَيْرَ مَا عُلِّمْتُمْ فَإِنَّهُمْ خُلِقُوْا لِزَمَانٍ غَيْرُ زَمَانِكُمْ
Artinya; “Didiklah anak-anak kalian dengan selain apa yang telah diajarkan pada kalian, karena mereka tercipta untuk zaman yang berbeda dengan zaman kalian.
Atsar ini memberikan suatu bekal kepada para pemuda sebagai generasi masa depan. Bahwa mereka harus mampu menghadapi segala keadaan zaman yang dari masa ke masa akan terus mengalami perubahan, bahkan dengan perubahan yang begitu kompleks, baik dalam kehidupan keluarga, sosial budaya maupun dalam kehidupan beragama.
Diakui atau tidak, pemuda sekarang sudah memberikan banyak kebebasan yang dipengaruhi oleh faktor dari luar dan ini tidak akan pernah bisa dibendung. Para pemuda senantiasa dipengaruhi oleh perkembangan IPTEKS (baca: Ilmu, Teknologi dan Seni) dengan akselerasi laju yang luar biasa, yang menyebabkan terjadinya "ledakan informasi".
Dari sini, jelas bahwa pemuda harus dididik dengan pendidikan yang mampu menghadapkan mereka pada perubahan yang lebih baik, mengantarkan mereka menjadi pemuda yang tangguh memegang sendi-sendi agama dan moral etika Disinilah peran pendidikan sangat menentukan, bahwa pendidikan adalah satu-satunya penentu nasib dan masa depan mereka.
Namun pada kenyataannya, pendidikan dewasa ini sarat bermasalah, mulai dari kualitas lulusan, proses pengajaran, metode, guru, sarana, sampai ke kebijakan penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ada sesuatu yang salah dalam sistem pendidikan sehingga perlu ada upaya memperbaikinya. Bukan hanya pendidikan Nasional dalam kepemerintahan, bahkan sistem pendidikan di beberapa pesantrenpun banyak dipertanyakan hasil outputnya.
Kenyataan ini mengharuskan adanya suatu pembaharuan (tajdid) sebagai satu upaya memperbaiki dan menyempurnakan sistem pendidikan. Selain itu, pembaharuan dalam pendidikan juga diupayakan agar dapat meningkatkan kualitas maupun kuantitas pendidikan menurut ukurannya. Ukuran tersebut berupa norma, tujuan yang dicita-citakan, kegunaannya secara praktis dalam hidup bermasyarakat, nilainya dalam mengembangkan harkat manusia seutuhnya dan mutu kehidupannya, atau norma-norma lain yang diterima oleh masyarakat.
Terlepas dari semua ini, kalian --santri-- harus memperbaharui pribadi sendiri, menggali jati diri dengan memperbaiki sistem pendidikan dalam hati. Bahwa pendidikan sejatinya dikembalikan pada masing-masing diri. Instropeksi tanpa harus menunggu orang lain untuk memperbaiki. Teruslah berjuang, mengkaji ilmu dan menata hati, berkreasi dengan berbagai inovasi, tanpa harus melanggar aturan dan undang-undang yang sudah pasti. La Haula Wa La Quwwata Illa Billahil ’Aliyyil ’Adzim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar